Daftar Progam HAQIN

Orang Tua Motivasi Terbesar

Ilustrasi



Awalnya entah kenapa hati ini tergerak untuk menghafalkan Al-Qur’an, mungkin karena keutamaan yang disebutkan dalam banyak hadits, mungkin juga karena iri melihat adikku yang telah selesai menghafalkan Al-Qur’an dan mendapat banyak perhatian dari banyak orang, atau mungkin juga karena penawaran yang diajukan oleh orang tua dan diberi ceramah ustadz-ustadz nasional tentang penghafal Al-Qur’an, dan aku sadar itu adalah kode besar dari orang tuaku. Akhirnya akupun mendaftar ke tempat adikku, Dijah menghafalkan Qur’an. Namanya Hafizh Qur’an Indonesia (HAQIN).

Awalnya sempat ragu kalau akan diterima. Masuk seleksi pertama aku dinyatakan lulus, akupun kaget, begitu pula yang terjadi ketika seleksi ke dua dan ke tiga, dengan mudah mengalir melewati tantangan-tantangan. Padahal aku tidak berfikir akan diterima di Haqin.

Akhirnya pada tanggal 28 Juli 2019 aku pun sampai di Haqin. Aku langsung masuk ke masjid dan mendaftar ulang, selanjutnya menunggu antrian untuk menyetorkan hafalan surat Al-Kahfi dan dilanjutkan dengan wawancara. Setelah semua selesai Kami diarahkan untuk kumpul di asrama 2 akhwat untuk pembagian asrama.

Kukira kakak-kakak yang umurnya jauh diatasku, akan sulit untuk berinteraksi sosial dengan yang masih berumur 14-16 tahun, tenyata dugaanku salah, mereka bisa mengkondisikan dengan siapa mereka berbicara.

Keesokkan harinya, Kami mulai pembekalan Santri. Pembekalan berlangsung selama 5 hari, pada hari Jumat sampai Ahad Kami melaksanakan bootcamp, acaranya seru. Dimulai dari pembukaan, hiking dari tengah malam sebagai sarana ujian mental, olahraga, games, upacara bendera, outbond sampai foto bersama.

Seiring berjalannya waktu, aku makin nyaman dan kerasan disini meski harus melalui fase pra karantina yang kemudian baru bisa membuatku bisa masuk ke fase tilawah dan fase ziyadah. Fase ziyadah ini, aku merasakan bahwa aku terburu-buru ingin cepat setoran.

Akhirnya Allah memberi ujian-Nya. Aku masih dibilang terlalu muda untuk melewati pengendalian emosi, mood yang naik turun dan masalah hati. Hingga pernah satu waktu aku hanya bisa menyetorkan hafalan sebanyak tiga halaman. Itu karena aku tidak fokus, mengantuk, pikiran kemana-mana, ditambah lagi moodku turun drastis.

Biasanya jika moodku turun, aku masih bisa mengendalikannya. Tapi untuk hari itu, aku sama sekali tak bisa, mengendalikannya, sampai musyrifahku bertanya “Ada apa denganku?” aku menjawab “Enggak tahu Ammah” Sambil terisak. Namun Alhamdulilah, emosi dan moodku kembali stabil sewaktu ba’da Ashar.

Terimakasih kepada Ustadz, Ummi, Ustadzah, Ammah-Ammah dan teman-teman seperjuangan, sehidup semati, se syurga Firdaus-Nya, Insya Allah yang sudah menyemangatiku dalam fase ziyadah ini. “Tetap semangat dan istiqomah” 😊 

Maryam Alqonita, Al-Hafizhah