Daftar Progam HAQIN

Pantang Pulang Sebelum Khatam

 

Ilustrasi Gambar

         “Menjadi penghafal Al-Qur’an.” Sejujurnya sejak dulu Sejujurnya sejak dulu saat aku masih menginjak kelas X MAN, tidak ada sedikitpun terlintas dalam pikiran untuk menjadi penghafal Al-Qur’an. Karena di daerah kami, orang-orang masih sangat awam dan belum ada yang menjadi penghafal Quran. Dengan latar belakang keluargaku yang memang bukan keluarga yang agamis. 

            Namun setelah aku memasuki kelas XI, muncul keinginan menjadi penghafal Al-Qur’an yang sangat kuat. Karena waktu kelas XI, ada program Tahfidz selama 20 hari di sekolah. Aku mengikuti program itu, dari situlah muncul ketertarikan untuk melanjutkan hafalan sampai 30 juz. 

            Tapi setelah programnya berakhir, ternyata imanku turun kembali karena sudah di lingkungan yang berbeda, juga karena kembali ke lingkungan awal yang bebas lagi. Iya, memang terkadang iman itu ada fasenya sedang naik ataupun turun. 

            Setelah kelas XII, guru tahfizhku memberi pesan. Karena sudah menginjak kelas XII yang artinya ini sudah di titik akhir, pikirkan apa Langkah kedepannya hal apa yang akan dialkukan, ingin menghafal atau tidak. Setelah itu akhirnya aku tertegun dan berpikir dalam sampai merenungkan setelah lulus sekolah aku ingin melanjutkan kemana, dengan waktu yang sangat panjang serta tekadku sudah bulat aku ingin melanjutkan untuk menghafal Al-Qur’an saja. Mungkin dengan menghafal aku bisa membantu orang tua di akhirat nanti. 

Setelah lulus dari MAN, aku pernah mencoba mondok tahfidz di Medan kurang lebih 6 bulan. Sebenarnya mondok yang di Medan belum selesai. Tapi karena HAQIN sudah membuka pendaftaran, maka guruku mendaftarkan ke HAQIN. Padahal posisinya aku masih terikat dengan pondok sebelumnya. Pokoknya kalua diingat kembali persyaratan masuk HAQIN lumayan banyak dan ada juga wawancara melalui zoom dan sudah banyaklah yang dilalui selama proses pendaftaran. 

Aku kaget dengan banyaknya peserta yang mendaftar di HAQIN, sampai ribuan. Membuatku tidak yakin bahwa apakah dapat masuk ke HAQIN. Karena peserta yang mendaftar akan disaring kembali dan yang terpilih pun hanya sedikit, bahkan cuma belasan. Setelah pendaftaran selesai, hari demi hari terus berjalan. Ternyata aku pun dikabari bahwa sudah ada pengumuman yang menyatakan aku dan teman temanku lolos. Kami sontak sangat kaget antara senang dan sedih, di sisi lain kami sedih karena ummi dan ustadzah sudah sangat baik dan berjasa bagi kami, di sisi lain juga kami senang karena kami bisa masuk ke HAQIN yang cukup terkenal ini. 

            Keberangkatan kami ke sini juga sangat berat karena dari pondok kami itu sangat susah untuk melepaskan kami. Kata-kata ustadzahnya sangat menyentuh hati kami. Karena perjuangan kesini sangat banyak. Maka sebelum khatam tidak akan pulang. 

“Padahal hanya di dunia, namun sampai selelah ini. Padahal yang dituju akhirat. Tapi selalai ini”

“Sesekali kita harus berkumpul dengan orang yang paham agama. Maka kita akan merasa seperti sampah”