Bagi Kia, menghafal Al-Qur’an bukan sekadar aktivitas harian atau program musiman. Ini adalah cita-cita yang telah lama ia pendam. “Menjadi penghafal Al-Qur’an adalah cita-cita saya sejak dulu. Usia bukan halangan, justru mumpung masih ada waktu, lebih baik saya selesaikan hafalan sekarang,” ungkapnya.
Kia merupakan alumni Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sebelum masuk HAQIN, ia sempat bekerja selama satu tahun sebagai staf honorer bagian kepaniteraan di Pengadilan Agama Ciamis. Rutinitas kerja tak serta-merta memadamkan hasratnya untuk menjadi hafizhah. Justru di sanalah ia merasa, dunia kerja belum cukup memuaskan hatinya.
Saat melihat akun Instagram Hafizh Quran Indonesia, Kia menemukan kembali semangat lamanya. “Saya langsung tertarik dengan program hafalan 6 bulan. Kayak jawaban dari doa yang lama saya simpan,” ujarnya.
Perjalanan tahfizh tentu penuh tantangan. Dari ayat-ayat yang sulit menempel, hingga beratnya menahan kantuk saat halaqah malam. Namun semuanya terbayar saat Kia berhasil menuntaskan setoran ziyadah 30 juz di hari ke-39. “Yang saya bayangkan saat itu cuma satu: kedua orang tua saya. Bahagia sekali bisa memberi kabar bahwa anak mereka sudah khatam Al-Qur’an.”
Momen Kia menyetorkan hafalan terakhir nya di saksikan oleh keluarga nya |
Kia tak hanya membawa gelar sarjana, tapi kini ia juga menyandang gelar yang lebih mulia: penjaga kalam-Nya.