Daftar Progam HAQIN

Menyambut Bulan Suci Ramadhan 1441 H

Ilustrasi


Sangat populer di kalangan umat Islam tentang kewajiban melaksanakan puasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan, sebagaimana firman Allah 'Azza Wa Jalla.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah :183).

Sejak tahun ke-2 Hijriyah, umat Islam diperintah untuk melaksanakan puasa.

Jika seseorang telah memenuhi syarat wajib puasa yakni Islam, baligh, berakal sehat dan tidak dalam perjalanan dan ia tidak berpuasa maka ia berdosa karena puasa wajib hukumnya dan termasuk dalam rukun Islam yang harus dipenuhi.

Syarat Sah Puasa

1. Beragama Islam
Adapun puasa non-muslim tidak sah hukumnya. Orang kafir atau murtad (keluar agama Islam) maka puasanya tidak sah

2. Mukallaf (Balig dan Berakal)
Orang yang gila atau hilang akal boleh-boleh saja berpuasa, tapi puasanya tidak sah. Hehehe.
Begitupun anak kecil yang belum baligh tidak wajib untuk melaksanakan ibadah puasa, hanya saja bagi orang tua atau yang menanggungnya dianjurkan untuk melatih melaksanakan puasa sejak usia 7 tahun.

3. Suci dari Haid dan Nifas
Ini adalah syarat sah puasa khusus wanita. Wanita yang sedang haid atau nifas tidak diwajibkan puasa.

4. Puasa pada Waktunya
Puasa Ramadhan, ya dilakukan pada bulan Ramadhan. Puasa sunah pun harus dilakukan sesuai dengan ketentuan sesuai syara'. Puasa yang dilakukan pada waktu yang haram berpuasa, seperti hari raya Idul Fitri dan Idul Adha tidak sah. Jadi kita harus memperhatikan (mengetahui) hari atau waktu berpuasa yang diwajibkan atau diperbolehkan atau bahkan dilarang.

Selain syarat sah puasa, penulis juga memaparkan syarat wajib puasa.
Ada persamaan dengan syarat sah puasa yaitu (beragama Islam, mukallaf atau baligh dan berakal).

Hanya saja disini ada tambahannya, yaitu:

Mampu
Mampu untuk melaksanakan ibadah puasa, maka tidak wajib melaksanakan ibadah puasa bagi orang tua renta dan orang sakit yang tak kunjung sembuh dari penyakitnya.

Sakit bagaimanakah yang boleh meninggalkan ibadah puasa?
Yaitu sakit yang mengkhawatirkan rusaknya fungsi anggota tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan sakitnya tidak terobati jika dia berpuasa.

Sunnah-Sunnah Puasa

Walau tak sampai merusak keabsahan ibadah bila dilewatkan, amalan-amalan sunnah dalam ibadah apa pun tidak boleh diabaikan, demi keutamaan dan kesempurnaan ibadah tersebut. Demikian halnya dengan amalan-amalan sunnah dalam ibadah puasa.

Diantara sunnah-sunnah puasa:

1. Makan Sahur
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

  تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً

 “Bersantap sahurlah kalian, karena dalam sahur itu ada keberkahan,” (HR al-Bukhari).

 Aktivitas sahur sendiri tercapai dengan menyantap sesuatu walaupun hanya sedikit atau hanya seteguk air. Ia diakhirkan selama tidak sampai masuk waktu yang diragukan: apakah masih malam atau sudah terbit fajar.

2. Menyegerakan Berbuka sebelum Shalat Maghrib
Namun, itu tentu dilakukan setelah yakin masuk waktu maghrib, berdasarkan hadits di atas. Saat berbuka, sunnahnya dengan kurma. Jika tidak ada, hendaknya dengan air mineral, berdasarkan sabda Rasulullah: 


إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا، فَلْيُفْطِرْ عَلَى التَّمْرِ، فَإِنْ لَمْ يَجِدِ
 التَّمْرَ، فَعَلَى الْمَاءِ فَإِنَّ الْمَاءَ طَهُورٌ

“Jika salah seorang dari kalian berpuasa, hendaknya ia berbuka dengan kurma. Jika tidak ada kurma, maka dengan air. Sebab, air itu menyucikan,” (HR Abu Dawud).

Sebelum shalat maghrib, Rasulullah selalu berbuka dengan kurma basah. Jika tidak ada, beliau berbuka dengan kurma kering. Jika tidak ada, beliau berbuka dengan air zam-zam, jika tidak ada, dengan air putih atau yang manis-manis. Begitulah keterangan dalam kitab "Al Taqrirat Al Sadidah Fi Al Masaail Al Mufidah".

3. Membaca Doa yang Ma‘tsur Sebelum atau Setelah Berbuka
Antara lain dengan doa berikut:

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِك آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلَتُ ذَهَبَ الظَّمَأ

ُ، وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ يَا وَاسِعَ الْفَضْلِ اِغْفِرْ لِي اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَانِي
فَصُمْتُ وَرَزَقَنِي فَأَفْطَرْتُ

“Ya Allah, hanya untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, atas rezeki-Mu aku berbuka, hanya kepada-Mu aku bertawakal. Sungguh, rasa haus sudah sirna, urat-urat sudah basah, dan balasan sudah tetap, insya Allah. Wahai Dzat yang maha luas karunia-Nya, ampunilah aku. Segala puji hanya milik Allah Dzat yang telah memberiku petunjuk, hingga aku kuat berpuasa. Lalu Dia memberiku rezeki, hingga aku bisa berbuka.”   

Atau dengan doa yang lebih pendek dan masyhur

  اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِك آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

“Ya Allah, hanya untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, atas rezeki-Mu aku berbuka, berkat rahmat-Mu, wahai Dzat yang maha penyayang di antara para penyayang.”

4. Menjaga Untuk Selalu Melaksanakan Shalat Tarawih dari Awal sampai Akhir Ramadhan

مَن قامَ رمضانَ إيمانا واحتِسابا غُفِرَ له ما تقَدًَمَ مِن ذَنْبِه

”Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) di bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni”. (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Maksud dari menunaikan sholat di bulan Ramadhan ialah shalat tarawih.

5. Menjaga Shalat Witir
Waktu shalat witir Para ulama sepakat, bahwa waktu shalat witir tidaklah masuk kecuali setelah ‘Isya’ sampai menjelang subuh.

6. Banyak membaca Al-Qur'an dengan tadabbur
Membaca Al-Qur'an di waktu Ramadhan pahalanya dilipat gandakan, banyak dalil yang menerangkan tentang ini.

7. Memperbanyak Melakukan Amalan-amalan Sunnah
Seperti melaksanakan shalat rawatib, shalat duha dan shalat tasbih serta shalat sunnah yang lain.

8. Memperbanyak Melakukan Amal Kebajikan
Seperti sedekah, silaturahim, datang ke majlis ta'lim, i'tikaf dan banyak amalan kebajikan yang lainnya.

9. Meninggalkan Perkataan yang Tidak Bermanfaat Apalagi Mencaki-maki
Mungkin kita tidak akan berperilaku seperti ini. Akan tetapi jari-jemari kita yang sering menempel di layar handphone bisa jadi membagikan sesuatu yang bisa membuat orang tersakiti. Atau bahkan kita menyebarkan berita palsu (hoax). Harap ekstra hati-hati.

10. Berbagi Ta'jil
Disunnahkan memberikan ifthar/buka puasa, meskipun hanya dengan sebiji kurma atau seteguk minuman. Dan dengan memberikan makan malam lebih utama, berdasarkan satu riwayat hadits “Siapa yang memberikan ifthar kepada orang yang berpuasa, maka ia mendapatkan pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala orang berpuasa tersebut."

Ada banyak hadits yang menerangkan keutamaan berbagi ta'jil.

Melakukan satu kebaikan dilipatgandakan khususnya pada bulan Ramadhan, sangat rugi sekali jika momen ini kita lewati.

Semoga kita diberikan kesempatan untuk menikmati berkahnya beribadah dalam bulan Ramadhan tahun ini dan pada tahun-tahun setelahnya.

Penulis adalah alumni Hafizh Qur'an Indonesia angkatan ke-2

Bahrul Ulum Risno, Al-Hafizh