Daftar Progam HAQIN

Keberkahan dari Hijrah

Ilustrasi


Ahmad Al-Ghazali, AlHafizh, panggilannya Ali, asal Medan, usia 21 tahun, generasi milenial. Selepas SMA dia bekerja part time sebagai tenaga kontrak, untuk membiayai kuliah dan membantu orang tuanya.

Delapan bulan yang lalu, Ali mengikuti seleksi program beasiswa Karantina 6 bulan di Hafizh Qur’an Indonesia.

Alasannya untuk menyempurnakan hijrahnya agar orang tua bahagia. Dia sadari jika selama ini sering kali membuat orang tuanya susah. Berbekal uang tabungan pas-pasan, Ali berangkat ke Bandung. Meski sadar jika tidak lulus maka dia harus pulang. 

Dua hari mengikuti tes, Ali lulus bersyarat karena tidak mencapai target Tilawah. Syaratnya dia harus mengkhatamkan 30 juz tilawah Al-Qur’an dalam waktu 3x24 jam. Alhamdulillah, Allah memberinya kesempatan. Ali dinyatakan lulus dan bisa mengikuti program karantina tahfizh.

Fase karantina dilalui dengan berat. Tilawah 14 juz perhari, setoran hafalan 5 lembar perhari. Ali sempat demotivasi karena tilawah dan hafalannya paling sedikit dibanding santri yang lain. Ali berulang kali dipanggil dan dikonseling oleh pihak Yayasan.

Menjelang setoran hafalan terakhir di Juz 30, Ali kembali diuji, dua minggu dilalui tidak selesai. Allah seperti menunda hafalannya. Musyrif mengingatkan untuk meluruskan niat, minta maaf ke orang tua dan menjaga shalat malamnya.

Akhirnya, jelang maghrib pada tanggal 22 Oktober 2018 Ali berhasil menyelesaikan hafalan terakhirnya dan menjadi Hafizh 30 Juz. Tepat pada Hari Santri Nasional. Allahu Akbar!!!

"Dulu teman-teman Saya bukanlah orang yang memakai peci dan sarung. Sekarang Saya dikaruniai Allah Hafal Al-Qur’an," isaknya.

Subhanallah… Walhamdulillah... 
Semoga Allah berikan keberkahan untuk Ali dan kepada orang tua yang terus berdoa tiada henti. Semoga pahala Qur’an juga terus mengalir kepada para donatur dan muzakki yang telah menyisihkan sebagian hartanya untuk program ini.

Ahmad Al-Ghazali, AlHafizh