Daftar Progam HAQIN

Bagaimana Seorang Muslim Mencegah Corona Virus

Ilustrasi

Akhir-akhir ini Corona virus menjadi topik utama di media pemberitaan.
Adanya wabah yang kita kenal dengan sebutan Covid-19 atau Corona, yang diduga dari negara China, (di daerah Wuhan).

Tak luput dari serangan Covid-19 ini negara lain seperti Iran, Korea Selatan, Italia, Jerman bahkan Indonesia juga terjangkit virus tersebut.

Sampai saat ini (Kamis, 26 Maret 2020) virus tersebut masih kita dengar menyebar ke berbagai daerah bahkan lintas negara.

Harapan Kita, semoga semua ini cepat hilang di Indonesia ataupun di negara-negara lain.
Allahumma aamiin.

Lantas bagaimana seorang muslim mencegah adanya wabah atau Covid-19 ini?

Ada baiknya, kita bercermin pada ribuan tahun yang lalu, baik masa Nabi ataupun pada masa sahabat.

Ada beberapa langkah yang penulis cantumkan sebagai bentuk sumbangsih pemikiran dan sedikit pemahaman.


1. MENGHINDARI

Pada zaman sayyina Umar bin Khattab ketika beliau bersama para sahabat melakukan perjalanan dari Madinah menuju Syam, mereka berhenti ketika sampai di perbatasan Syam.

Sebelum memasukinya, karena mendengar ada wabah Tha'un yang melanda negeri tersebut.
Sempat terjadi dialog diantara mereka.

Apakah mereka melanjutkan perjalanan memasuki Syam atau pulang ke Madinah?

Abu Ubaidah menginginkan mereka masuk dan berkata, mengapa kalian menghindar dari takdir Allah?

Sayyidina Umar bin Khattab lantas berkata, jika kamu punya kambing dan dua lahan yang subur dan kering, kemana akan kau arahkan kambingmu? Dan jika lahan subur itu juga takdir Allah.

Sayyidina Umar bin Khattab mempertegas perkataannya, sesungguhnya dengan kita pulang ke Madinah hanya berpindah dari takdir Allah ke takdir yang lain.

Akhirnya dialog itupun berakhir ketika Abdurrahman bin Auf membacakan hadits

إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ [يعني : الطاعون] بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْه
(روى البخاري ومسلم)

Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya.
(HR. Bukhari & Muslim).

2. SOCIAL DISTANCING
 
Sebagaimana yang kita ketahui, Covid-19 atau virus Corona ini sangat cepat menyebar. Oleh sebab itu kita harus menghindari keramaian atau kita kenal dengan istilah Social dastancing, hal semacam ini pernah di lakukan oleh Amr bin Ash. Beliau mengintruksikan untuk Social dastancing atau menjaga jarak. Sebagaimana perkataan beliau.

Wahai sekalian manusia, penyakit ini menyebar layaknya kobaran api. Jaga jaraklah dan berpencarlah kalian dengan menempatkan diri di gunung-gunung.

Inilah salah satu cara untuk mencegah menyebarnya Corona virus.
Mungkin kita tidaklah naik ke puncak gunung yang ada di negeri kita, dan kita memilih diam, santai akan tetapi tetap mengerjakan hal-hal positif di rumah.

3. ISOLASI  DAN LOCKDOWN

Lockdown atau Isolasi hendaknya di lakukan di setiap daerah yang terjangkit virus Covid-19 atau virus Corona.

Mengisolasi daerah yang terkena wabah Covid-19 hal ini kita pahami dari hadits Nabi.

إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ [يعني : الطاعون] بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْه
(روى البخاري ومسلم)

Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya.
(HR. Bukhari & Muslim).

4. TIDAK BERBAUR DENGAN ODP DAN PDP

Hal ini kita lakukan bagian dari ikhtiar untuk mencegah supaya tidak terjadi penularan.
Sebagaimana yang kita pahami dari hadits Nabi

قَالَ أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُورِدُوا الْمُمْرِضَ عَلَى الْمُصِحِّ

"Abu Salamah bin Abdurrahman berkata; saya mendengar Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Janganlah kalian mencampurkan antara yang sakit dengan yang sehat" (HR. al-Bukhari)

Hendaknya saling menjaga jarak, yang sakit jangan berkumpul dengan yang sehat dan yang sehat pun jangan sekali-kali berbaur dengan yang menderita Covid-19.

5. HIDUP SEHAT
 
Menjaga higienitas makanan. Memastikan makanan, minuman dan apapun yang kita gunakan selalu dalam kondisi higienis adalah langkah antisipasi yang penting untuk menangkal penyakit atau wabah.

Ini adalah langkah yang hendaknya dilakukan sebagai Muslim setiap harinya. Rasulullah menginstruksikan:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ غَطُّوا الْإِنَاءَ وَأَوْكُوا السِّقَاءَ فَإِنَّ فِي السَّنَةِ لَيْلَةً يَنْزِلُ فِيهَا وَبَاءٌ لَا يَمُرُّ بِإِنَاءٍ لَيْسَ عَلَيْهِ غِطَاءٌ أَوْ سِقَاءٍ لَيْسَ
عَلَيْهِ وِكَاءٌ إِلَّا نَزَلَ فِيهِ مِنْ ذَلِكَ الْوَبَاءِ

"Dari Jabir bin 'Abdullah ia berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tutuplah wadah-wadah, dan ikatlah tempat-tempat minuman, karena di suatu malam pada setiap tahunnya akan ada wabah penyakit (berbahaya) yang akan jatuh ke dalam wadah dan ke tempat-tempat air yang tidak tertutup" (HR. Muslim).

6. MENJAGA WUDHU
     
Selain menyegarkan dan membersihkan anggota-anggota bagian yang rentan kita sentuh, wudhu juga bagian dari aktivitas atau ibadah sehari-hari seorang muslim.

Dosa-dosa kecil pun akan berguguran ketika kita berwudhu. Sebagaimana yang kita pahami dari hadits Nabi.

 إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ أَوْ الْمُؤْمِنُ فَغَسَلَ وَجْهَهُ خَرَجَ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ نَظَرَ إِلَيْهَا بِعَيْنَيْهِ مَعَ الْمَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ فَإِذَا غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَ مِنْ يَدَيْهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ كَانَ بَطَشَتْهَا يَدَاهُ مَعَ الْمَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ فَإِذَا غَسَلَ رِجْلَيْهِ خَرَجَتْ كُلُّ خَطِيئَةٍ مَشَتْهَا رِجْلَاهُ مَعَ الْمَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ حَتَّى
يَخْرُجَ نَقِيًّا مِنْ الذُّنُوبِ

Jika seorang hamba muslim atau mukmin berwudhu kemudian ia mencuci wajahnya, keluarlah dari wajahnya seluruh dosa karena penglihatan kedua matanya bersamaan dengan air atau akhir tetesan air.

Jika ia mencuci kedua tangannya, keluarlah dari kedua tangannya setiap dosa yang dilakukan tangannya bersamaan dengan air atau tetesan air terakhir.

Jika ia mencuci kedua tangannya keluarlah semua dosa yang dilakukan langkah kakinya bersamaan dengan air atau tetesan air terakhir, hingga ia keluar (dari berwudhu) dalam keadaan bersih dari dosa (H.R Muslim dari Abu Hurairah)

Menjaga wudhu juga menjadi salah satu tanda kesempurnaan iman.

 وَلاَ يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلاَّ مُؤْمِنٌ

Dan tidaklah menjaga wudhu kecuali seorang mukmin (H.R Ahmad, Ibnu Majah)

Berwudhu dengan menghirup air dan mengeluarkannya 3 kali setelah bangun tidur bisa mengusir syaithan yang mendekam dalam rongga hidung, bahkan kita ketahui juga penyebaran virus Corona ini bisa saja masuk melalui lubang hidung dan mulut.

Oleh sebab itu ada baiknya kita sempurnakan wudhu kita.

إِذَا اسْتَيْقَظَ أُرَاهُ أَحَدُكُمْ مِنْ مَنَامِهِ فَتَوَضَّأَ فَلْيَسْتَنْثِرْ ثَلَاثًا فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَبِيتُ عَلَى خَيْشُومِهِ

Jika salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya kemudian berwudhu, hendaknya mengeluarkan air dari hidung sebanyak 3 kali karena syaithan bermalam di rongga hidungnya
(H.R al-Bukhari dari Abu Hurairah)

7. BERDO'A DAN TAWAKKAL
   
Do'a merupakan senjata mukmin dalam menghadapi keadaan atau situasi genting yang dialaminya.
Kita serahkan kepada Allah pastinya setelah kita berusaha sebaik mungkin.

Berdo'a tidak harus menggunakan bahasa Arab, berdo'a menggunakan bahasa daerah masing-masing kita lakukan tidak ada larangan sama sekali (di luar sholat).

Atau kita berdo'a dengan do'a umum yang biasa di panjatkan.

اَللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّاالْغَلَآءَ وَالْبَلَآءَ وَالْوَبَآءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ وَالْمِحَنَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بَلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً اِنَّكَ عَلَى كُلِّى شَيْئٍ قَدِيْرٌ

Harapan besar penulis, semoga wabah yang melanda negeri kita tercinta dan negara-negara yang lain, segera di angkat oleh Allah zat sebaik-baik pelindung.



Bahrul Ulum Risno, Al-Hafizh
Bandung, 26 Maret 2020