Daftar Progam HAQIN

Kisah Santri Haqin, Mondok Atau Sekolah?

 

Ilustrasi Gambar

“Al-Qur’an itu merupakan surat dari Allah yang disampaikan kepada makhluk-Nya, maka dari itu jangan sia-siakan surat tersebut jika engkau telah mendapatkanya dengan susah payah.”

~ Muhammad Akrom Khasani

Laki-laki kelahiran 23 Agustus 2005 di Pekalongan dengan nama lengkap Muhammad Akrom Khasani yang kini berusia 17 tahun. Ia merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Awal mula ia memiliki ketertarikan untuk menghafal Al-Qur’an berawal dari melihat anak-anak kecil pada acara televisi di bulan Ramadhan yaitu Hafizh Indonesia. Sempat berpikir untuk melanjutkan sekolahnya di pondok tahfizh secara formal, akan tetapi karena keterbatasan ekonomi pada saat itu ia belum bisa untuk masuk pondok tahfizh. Berbekal keinginan dan tekad kuat ia mencoba menghafal Al-Qur’an sembari memperbaiki bacaanya secara mandiri ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar, kebiasaanya tersebut berlanjut hingga masa-masa Sekolah Menengah Pertama.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya ia lulus dari Sekolah Menengah Pertama dan pada saat itu pula ia cukup merasa bimbang dan gelisah antara memilih untuk melanjutkan sekolahnya ke SMA Negeri favorit atau mondok di pesantren yang berfokus kepada kajian Al-Qur’an. Jika ia memilih pilihan yang pertama yaitu SMA Negeri favorit, ia berpikir kembali terkait keraguannya terhadap nilai untuk masuk ke sana. Akan tetapi ia teringat akan impiannya sewaktu kecil yaitu ingin menjadi seorang penghafal Al-Qur’an. Pada saat itu pula Qodarullah atas izin-Nya secara kebetulan ia dipertemukan dengan sebuah website HAQIN yang di dalamnya berisi informasi beasiswa tahfizh qur’an. Selang beberapa waktu ia pun memberanikan diri untuk mendaftar dan Alhamdulillah pada bulan keempat pasca pendaftaran, ia mendapatkan pemberitahuan bahwa ia akan menjadi salah satu bagian sebagai santri penerima Beasiswa di HAQIN.

Apa yang telah menjadi pilihan Akrom, tidak luput dari adanya dorongan serta dukungan penuh dari orang tua. Sebelum ia memilih HAQIN, ia sudah ikhtiar mendaftar ke beberapa pesantren mencari tempat yang dirasa cocok untuk menghafal Al-Qur’an. Atas pertimbangan dan masukan dari orang tuanya pula ia akhirnya memutuskan untuk memilih HAQIN sebagai tempat untuk menghafal Al-Qur’an.

Dengan niat awal bahwa menghafal Al-Qur’an hanyalah sekedar ingin hafal saja, akan tetapi dengan seiring berjalannya waktu ia berpikir lebih panjang dan dalam ingin dibawa kemana semua hafalan ini. Setelah merenungkan maka sudah bulat bahwa tujuan menghafal Al-Qur’an adalah semata-mata ingin mencari ridha Allah SWT. dan ingin membahagiakan orang tua kelak, serta ingin bisa menjadikan Al-Qur’an sebagai teman dalam kehidupan sehari-hari.

Lika-liku menghafal Al-Qur’an memanglah tidak seperti membalikkan telapak tangan, terdapat berbagai cobaan yang sering menghampiri seperti sesederhana rasa kantuk dan dalam benaknya sesekali sering terbersit ingin cepat-cepat melanjutkan sekolah formal, dari momen tersebut ia menjadi pribadi yang tergesa-gesa akan suatu hal.

Setelah melewati berbagai kesulitan dan rintangan Alhamdulillah Biidznillah pada 18 Maret 2022 dengan segala kesungguhan dan keteguhan untuk bisa khatam 30 juz bisa terselesaikan Akrom.

Hikmah yang dapat diambil dari perjalanan Akrom dalam menghafal Al-Qur’an ingatlah alasan kita memulai semua ini. Bahwa apa yang diimpikan sudah patsti bukan hal yang mudah tetapi tekadkan semua iktiar ini kita persembahkan untuk orang tua dan tentunya pribadi kita sendiri. Terdapat perasaan bahwa Allah sengaja memilih Akrom dan memberikan kepadanya sebuah amanat untuk menjaga kalamullah yang begitu agung karena menjadi bagian utama pedoman hidup serta terpacu untuk bersungguh-sunggu dalam hal muraja’ah.