Daftar Progam HAQIN

Kisah Inspirasi "TERBANG BERSAMA IMPIAN"

Ilustrasi gambar

“Dialah yang memudahkan bumi itu mudah bagi kami, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”  QS: Al-MULK: 15

Nikmat yang tak ternilai kita senantiasa bersyukur, sebab segala kebahagiaan terjadi saat kita berhasil memanjatnya. Atas berkat itulah kita menemukan puing puing berlian dari kehidupan kita menjadi hikmah yang berharga.

Matahari terbit diiringi hembusan angin menjadikan suasana semakin sendu untuk menyapa gejolak hati, menunggu sebuah harapan yang telah dinantikan demi meniti jejak langkah mutiara. Ya, tepat pagi ini aku melakukan aktifitas seperti biasa, yaitu pergi ke sekolah.

“Iya, Bu. Saya bercita-cita menjadi dokter,” jawab Reva sambil mengangkat tangannya.

“Ya, masya Allah bagus banget, ayo siapa lagi? coba kamu yang duduk disebelahnya sambil perkenalan dan sebutkan cita citanya ya!.” suruh Ibu Veni.

“Baik, Bu. Perkenalkan, nama saya Pipit Pitriani, lahir di Ciamis, 24 Maret 2003, saya anak dari lima bersaudara, Eum.. apa ya bu, kalo cita cita masih pusing, ikut aja ah kaya Reva jadi dokter.” jawabku, meskipun hati ini tidak tahu apa sebenarnya cita-cita yang diinginkan.

Itu adalah cerita ketika kelas Tiga Sekolah Dasar.

Dalam sekejap waktupun berasa begitu cepat,  pertanyaan yang bagiku biasa saja justru penting untuk masa depan itu dan terulang kembali ketika aku duduk di bangku kelas tiga Sekolah Menengah Kejuruan.

“Sekarang, coba kalian tulis di buku satu lembar apa cita cita kalian, nanti dikumpulkan ya!.” ujar bu Yani memberi tugas.

“Baik, Bu.." sahut semua murid.

Bel pun berbunyi, menandakan pembelajaran telah selesai. Semua tugas dikumpulkan.

“Hei, nulis apa tadi?,” kata Amira sembari menepuk punggung.

“Nulis apa ya, gak tahu ih malu.” jawabku bingung

“Kalau aku sih nulis Arsitektur, soalnya nyambung sama jurusan kita. Kalo kamu nulis apa bestie? Jangan malu-malu, kaya ke siapa aja?" sahut Amira meyakinkan.

“Iya deh iya, jadi Hafidzah.” jawabku tersenyum manis.

"Hah? jadi apa? Hafidzah? Yang ngafal Al-Qur’an itu kan? ih aku takut kalo jadi hafidzah tuh, takut gak bisa jaganya? kamu yakin?” sahut Amira serius.

Tiba saatnya detik detik pengumuman kelulusan, menandakan berakhirnya pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan. Alih-alih merayakan kelulusan justru sebaliknya yang ada mereka semua  sibuk mencari perguruan tinggi. Ada yang kesinilah, ke situlah, aku pun termasuk didalamnya. Dalam pikiran ku terlintas akan  kata-kata dari Amira. Aku bimbang, “Jadi hafidzah tapi takut tidak bisa menjaganya, atau jadi arsitektur saja ya?” gerutuku tak tahu arah. Aku lantas shalat istikharah, meminta kepada Sang Maha pemilik semuanya, karena merasa tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan-Nya.

“Ya Rabb, aku ini adalah salah satu dari hamba-Mu yang lemah. Ya Rabb, pilihlah aku menjadi salah satu hamba yang dicintai oleh-Mu, Kaulah sebaik-baiknya perencana.” doaku.

Beberapa hari kemudian, ketika tengah asyik memainkan media sosial, tidak sengaja muncul iklan mengenai beasiswa tahfidz karantina 6 bulan di Hafiz Quran Indonesia. Aku penasaran dan mulai mencari semua informasi tentang beasiswa itu.. Ternyata sedang dibuka pendaftaran untuk santri baru, aku membulatkan tekad untuk mencoba mendaftarkan diri. Alhasil tahap demi tahap terselesaikan, dan saatnya detik detikmendebarkan yaitu pengumuman penerimaan santri baru.

Matanya memanas haru, dirinya menangis syukur diiringi senja kemerahan yang menguasai Pipi. 

 “Alhamdulillah ya Rabb apakah semua ini jawaban dari Mu? Aku percayakan semuanya kepada Mu ya Rabb. Semoga semua ini bisa menjadi wasilah cita cita ini bisa tercapai.” dirinya dengan penuh harap.

Bruuuem bruuuem bruuuem..

Suara sepeda motor milik kakakku yang telah merusak keheningan pagi, membuat semuanya terasa mimpi, sedih senang bercampur aduk tak terasa menjadi kenyataannya. Dari hati yang terdalam ini sangat berat dan tidak ingin meninggalkan orang tua dirumah, namun disisi lain ada angan angan yang harus dicapai. Suara tadi sekaligus menandakan keberangkatanku sudah tiba saatnya, aku lantas bergegas merapikan semua perlengkapan yang akan dibawa.

Sesampainya di tempat tujuan, aku disambut dengan sangat baik. Bertepatan dengan itu juga aku harus berpisah dengan kakak. Tetes demi tetes air membasahi pipiku, rasa tak ingin jauh dari kakak.

“Dek, ayo masuk dulu! Nih, udah ada temennya didalam. Udah jangan nangis shalihah.” sahut salah seorang panitia sambil tersenyum.

Aku lantas masuk kesalah satu rumah yang berisi para santri baru yang sedang berkenalan satu sama lain. Aku ikut gabung bersamanya. Prakata-prakata oleh semua peserta telah tersampaikan.

Kegiatan Belajar Mengajar dimulai. Semua para santri langsung memasuki keruangan belajar. Di pondok ini memakai Metode HAQIN 972, Metode ini dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase I'dad (90 hari), fase Ziyadah (70 hari) dan fase Muraja'ah (20 hari). Semua fase memiliki ujiannya masing-masing. Susah, futur, ingin menyerah ditengah jalan, itu hal yang lumrah. Namun, rasa nikmat bersama Al-Quran lah yang bisa mengalahkan semuanya. Hari demi hari telah berganti, tak terasa semua fase telah terselesaikan.

“Semua santri kumpul ya, nanti jam 8 malam,.” suruh ustadzah ke semua santri.

“Baik ustadzah.” jawab semua santri.

Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 8 malam, semua santri berkumpul di satu ruangan, ustadzah mulai mengungkapkan kata demi kata, salah satu pembicaraannya terkait keberangkatan santri yang pergi ke kota Madiun. Aku pun termasuk dalam salah satu santri yang terpilih.

Kilauan ombak menghantam karang, saat angin menerpa dedaunan, saat mentari kembali ke peraduan. Suara kereta api mulai terdengar, aku bersama rombongan mulai bersiap untuk menaiki kereta api itu. Bagiku, ini merupakan pertama kali pergi menuju kota yang letaknya jauh dari pondok tahfidz dulu, yang terkenal akan panasnya matahari seperti di Negeri Timur. Sungguh keberkahan dari Al-Qur'an tidak ada yang tahu akan seperti apa, sungguh rencana-Nya adalah sebaik-baiknya rencana.

Allah berfirman dalam QS At Thalaq 2 - 3:

وَمَنْ يَتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْرًا

Artinya: "Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS At Thalaq :2-3)

Rasa nikmat yang aku rasakan tidak bisa diuraikan dengan indahnya kata-kata mutiara. Kata kata yang aku sampaikan masih terasa kurang untuk menggambarkan rasa kenikmatan bersama Al Quran itu. Ini belum seberapa, masih banyak cerita yang tak bisa diutarakan namun indah terlukiskan dalam benak pikiranku.

Jangan melibatkan hatimu dalam kesedihan atas masa lalu, atau kamu tidak akan siap untuk apa yang akan datang. –Ali bin Abi Thalib

Allah itu maha baik, jadi apapun yang kau alami, itu pasti adalah suratan terakhir yang terbaik. sekarang kamu merasa semuanya melelahkan, namun yakinlah pada saatnya nanti, kamu akan berkata: "Ternyata ini maksud Allah memberi cobaan”.

 Pipit Pitriani - Ciamis

Dikutip dari seorang santri Hafizh Quran Indonesia, Bandung, Jawa Barat