Syekh Abdul Qadir Al Jaelani |
Syekh Abdul Qadir Al Jailani sudah amat terkenal kemasyhurannya di telinga kita, tak jaranag juga selalu kita sebut dalam Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani. Beliau di sebut juga dengan julukan ‘Sulthanul Aulia’ yang artinya rajanya para wali.
Nama asli nya yaitu Abu Muhammad Abdul Qodir bin Musa bin Abdullah Jaelani. Beliau lahir pada hari Rabu 1 Ramadhan di Gilan, Iran. Dan meninggal pada tanggal 21 Februari 1166 di Baghdad, Irak.
Waliyullah Syekh Abdul Qadir dikenal dengan keluasan ilmunya yang tersebar luas keseluruh dunia sehingga banyak orang yang mengadakan Haul dan Manaqib sebagai tanda penghormatannya. Termasuk di Indonesia mayoritas umat muslim juga sering mengadakan manaqib dan menyebut nama beliau dalam barzanji teruma di pesantren pesantren.
Al-Jaba'i berkata bahwa Syeikh Abdul Qadir pernah berkata kepadanya, "Tidur dan bangunku sudah diatur. Pada suatu saat dalam dadaku timbul keinginan yang kuat untuk berbicara. Begitu kuatnya sampai aku merasa tercekik jika tidak berbicara. Dan ketika berbicara, aku tidak dapat menghentikannya. Pada saat itu ada dua atau tiga orang yang mendengarkan perkataanku.
Kemudian mereka mengabarkan apa yang aku ucapkan kepada orang-orang, dan merekapun berduyun-duyun mendatangiku di masjid Bab Al-Halbah. Karena tidak memungkinkan lagi, aku dipindahkan ke tengah kota dan dikelilingi dengan lampu.
Orang-orang tetap datang di malam hari dengan membawa lilin dan obor hingga memenuhi tempat tersebut. Kemudian, aku dibawa ke luar kota dan ditempatkan di sebuah mushola. Namun, orang-orang tetap datang kepadaku, dengan mengendarai kuda, unta bahkan keledai dan menempati tempat di sekelilingku. Saat itu hadir sekitar 70 orang para wali radhiallahu 'anhum.
Ada suatu cerita tentang karomah Tuan Syekh Abdul Qadir Al Jailani dengan muridnya yang bodoh. Ada salah satu murid beliau yang selalu rajin datang ke majlis ilmu beliau, tetapi murid tersebut meiliki kekurangan dalam memahami pelajaran yang sukar ia pahami.
Namun murid tersebut tidak pernah absen dalam majlis Syekh Abdul Qadir karena kecintaannya pada gurunya. Alhasil tetap tidak ada satu materi pun yang ia pahami, menurut Syekh Abdul Qadir akan ada himah di balik kekurangan si murid tersebut.
Sewaktu waktu murid tersebut tidak datang dalam majlis dalam waktu yang lama. Syekh dan murid lainnya enannyakan keberadaan keadaan murid tersebut. Setelah ditelusuri murid tersebut ternyata meninggal dunia.
Pada umumnya yang kita ketahui ketika sudah meninggal dunia maka seseirang akan ditanya oleh malaikat Munkar Nakir. Hal tersebut juga dirasakan oleh si murid tadi. Namun ketika malaikat bertanya, si murid tidak bisa menjawab, ia hanya berkata “Aku tidak tahu, yang kuketahui hanyalah guruku yang kucintai yakni Syekh Abdul Qadir Al Jaelani”
Malaikat pun bingung dan mengadu kepada Allah, kemudian Allah memerintahkannya untuk menyiksanya. Namun sosok Syekh Abdul Qadir datang yang mencegahnya, lagi lagi malaikat merasa bingun dan mengadukannya kembali kepada Allah.
Allah tetap menyuruhnyaa untuk kembali menyiksa tapi Syekh kembali menghadangnya dengan mengatakan atas kerinduan dan cintanya pada muridnya, hal itu membuat murid tersebut tidak jadi di siksa sebab karomah dari beliau.