Daftar Progam HAQIN

Khatam Al-Qur'an Di Masjid Yang Sama Pada Mimpi Setelah Istikhoroh

 

Zakhiyuddin

Zakhiyuddin, pemuda asal aceh yang sedang menuntut ilmu di pesantren Hafizh Quran Indonesia. Sudah di ceritakan sebelumnya bahwa ananda Zakhi sudah mentasmi’kan 30 Juz Al-Qur’annya dalam sekali duduk.

Namun tidak semudah membalikkan tangan, ada proses selangkah demi selangkah yang dijalaninya. Disini kita akan menceritakan kisah awal Zakhi menghafal Al-Qur’an.

Dulu ketika Zakhi masih kecil ia sering dibawa oleh ayahnya ke masjid. Dari SD, SMP, SMA Zakhi selalu berada di lingkungan penghafal Al-Qur’an. Dari kecil pula ia sudah diajarkan dan dididik untuk menghafal Al-Qur’an.

Ketika beranjak pada umur 10 tahun Zakhi mulai menghafal surah Ad-Dhuha hingga An-Nass. Pada saat itu Zakhi kecil menuliskan sebuah kalimat pada Al-Qur’annya “Saya ingin menjadi penghafal Al-Qur’an” begitu tulisannya.

Suatu hari orangtua Zakhi bertanya padanya

“Katanya mau jadi penghafal Al-Qur’an? Mana?” ucap orang tua Zakhi.

Dan pada saat itu juga Zakhi diantarkan pada pondok pesantren tahfidz tepat pada awal masuk SMP. Setelah tamat SMP pada pondok tersebut, Zakhi sudah mendapatkan hafalan Al-Qur’an sebanyak 12 Juz.

Ia menuturkan tidak fokus menghafal karena faktor fasilitas yang sangat mendukung dan usianya yang masih labil untuk bermain main. Semua orang pasti pernah merasakannya karena itu sebuah hal yang wajar.

Ketika melanjutkan pendidikan Aliyah ia memutuskan untuk pindah pesantren ke Ma’had Darut Tahfidz Al Ikhlas di Aceh untuk mencari suasana baru. Lalu ia mulai menghafal Al-Qur’an dari awal hingga sampai pada Juz 20.

Tiap tiap pondok memiliki metode yang berbeda beda, namun itu bukanlah penentu karena menghafal AL-Qur’an pada hakikatnya berasal dari diri sendiri. Waktu terus berjalan hingga tak terasa ia telah menyelesaikan pendidikan Aliyahnya.

Zakhi saat merasa bingung untuk meneruskan pendidikannya atau menyelesaikan hafalannya. Lalu gurunya menyarankan ia untuk ikut program intensif menghafal Al-Qur’an yang tetap berada di pondok itu juga.

Akhirnya ia menuruti saran gurunya. Subhanallah! Di program ini Zakhi merasakan hal yang berbeda ia merasakan kehidupan Al-Qur’an yang sangat hidup. Setiap malam dihidupkan dengan bacaan Al-Qur’an, tidak pernah terlewat Qobliyyah dan Ba’diyyah oleh santrinya.

Bukan hanya hafalannya yang dijaga melainkan dari makanan nya pun turut dijaga.

Kemudian sesuai rekomendasi dari orang tua, Zakhi melanjutkan pendidikan. Ketika ia meminta izin untuk kuliah kepada gurunya, akhirnya gurunya mengizinkan dengan berat hati. Detik demi detik berjalan ia sudah melewati 1 semester, Zakhi merasa susah mengingat hafalannya karena kuliahnya mengganggu fokusnya.

Zakhi akhirnya meninggalkan kuliahnya tersebut. Ia pikir mungkin hal ini terjadi karena hati gurunya yang berat hati mengizinkannya kuliahnya.

Kemudian ia melanjutkan pejalanan perjuangan menghafal Al-Qur’an dengan masuk ke Pesantren Hafizh Quran Indonesia dan Pemuda Bumi Langit Syaamil.

Dengan perjuangan bertatih taih yang sudah di ceritakan sebelumnya di tulisan kemarin, Akhirnya Zakhi berhasil mengkhatamkan hafalan Al-Qur’annya di Hafizh Quran Indonesia tepatnya di Masjid Nurul Iman.

Namun uniknya, Sebelum masuk Hafizh Quran Indonesia Zakhi sempat bermimpi terpukau melihat sebuah masjid yang di penuhi banyak penghafal Al-Qur’an. Ternyata masjid tersebut adalah Masjid Nurul Iman, Masjid dimana tempat Zakhi mengkhatamkan Al-Qur’an 30 Juz.