Potret Awalia Nur di Universitas Al Azhar
"Dulu aku pengen banget jadi dokter. Tapi ternyata Allah punya rencana yang jauh lebih indah."
— Awalia Nur, Alumni HAQIN Angkatan 10
Awalia Nur tak pernah menyangka bahwa keputusan untuk menunda kuliah justru akan membawanya ke salah satu pusat ilmu Islam terbesar di dunia: Universitas Al-Azhar, Mesir.
Perjalanannya dimulai dari sebuah kebimbangan setelah lulus dari MA. Sejak SMA, Awalia memang bercita-cita menjadi dokter. Ia pun mengikuti jalur SNBP dan SPAN, dengan pilihan jurusan Kedokteran dan Matematika. Namun, qadarullah, ia hanya lolos di pilihan kedua—jurusan Matematika.
Tentu ada rasa sedih. Tapi di balik itu, muncul pertanyaan besar:
Apakah ini saatnya ia mendahulukan Al-Qur’an?
Ia merasa belum siap memasuki dunia perkuliahan. Ada ketakutan terseret arus, kehilangan arah, dan makin jauh dari Allah. Ia ingin mengambil waktu sejenak—untuk berbenah, untuk kembali pada pondasi yang hakiki.
Lalu ia mulai mencari pondok tahfizh yang memiliki sistem pembinaan yang kuat dan karakter yang terjaga. Dari situ, Awalia mengenal HAQIN.
Menunda kuliah bukan keputusan ringan. Tapi begitu ia memulai hafalan di HAQIN, semuanya terasa bermakna. Ia menyadari bahwa menjadi penghafal Qur’an bukan hanya soal kuatnya ingatan, tapi juga tentang adab, tahsin, kedisiplinan, dan pembentukan jiwa.
HAQIN memberikan sistem yang rapi, target yang jelas, dan lingkungan yang mendukung. Di sana, Awalia belajar hidup bersama Al-Qur’an—dalam lelah, sunyi, suka, dan duka. Para santri datang dari berbagai latar belakang dan daerah, tapi dipersatukan oleh satu cita-cita: menghafal 30 Juz dan hidup bersama Qur’an.
Masa pengabdian juga menjadi fase penting dalam prosesnya. Ia belajar manajemen waktu, tanggung jawab, dan kemampuan bersosialisasi. Dunia luar ternyata bisa tetap dijalani, selama ruh Qur’an dijaga.
Plot Twist dari Allah
Setelah lulus dari HAQIN, Awalia melanjutkan kuliah. Dan di luar dugaannya, ia justru diterima di Universitas Al-Azhar, Mesir—sebuah plot twist yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Awalnya ia menyangka bahwa masa depannya akan berjalan lewat jalur perkuliahan biasa. Namun, Allah menunjukkan jalan yang lebih luas. Kecintaannya terhadap Al-Qur’an terus tumbuh. Ia ingin tahu lebih dalam: mengapa suatu ayat diturunkan, bagaimana tafsirnya, dan apa pesan yang Allah sampaikan.
Sebelum berangkat ke Mesir, Awalia mengikuti kursus bahasa Arab. Di sana, manfaat hafalan Qur’an sangat terasa. Banyak kosakata yang sudah familiar, karena telah terbiasa ia baca dalam tilawah dan murajaah.
HAQIN, Jejak yang Tak Pernah Hilang
Meskipun hanya sekitar satu tahun di HAQIN, efeknya masih terasa hingga kini. Kebiasaan bangun subuh, target murajaah, dan kedisiplinan diri—semuanya menjadi bekal berharga di dunia perkuliahan. Bahkan di tengah kesibukan kuliah, ia merasa ada yang kurang jika belum menyentuh mushaf. Al-Qur’an kini menjadi kebutuhan, menjadi tempat kembali, menjadi healing yang menenangkan.
“Qur’an itu sudah jadi bagian dari hidupku. Kalau belum murajaah, rasanya nggak tenang.”
Awalia bersyukur kepada para pembimbing di HAQIN—Ustadz, Umi, para asatidzah, dan teman-teman seperjuangan. Semuanya menjadi bagian penting dari perjalanan ini.
Untukmu yang Masih Bingung Arah Hidup
Bagi siapa pun yang tengah bingung menentukan arah hidup, kisah Awalia memberi satu pesan penting:
“Jalan terbaik kadang bukan yang kita rencanakan, tapi yang Allah siapkan.”
Dan bisa jadi, pintu terbesar justru terbuka saat seseorang memilih untuk mendekat kepada Al-Qur’an.
Punya mimpi besar? Coba mulai dengan mendekat ke Al-Qur’an.
Yuk, ambil langkah pertamamu di HAQIN!
Info pendaftaran haqin.site/google
Hubungi admin 0821-2728-4462